Rabu, 12 September 2012

Catatan Hati Seorang "Pemerah"

Saya seorang ibu dan juga sekaligus seorang 'pemerah' susu (ASI) *hahahha. Memberikan ASI eksklusif buat buah hati kami adalah salah satu cita-cita saya ketika akan menjadi ibu. Bersama suami, saya berkomitmen untuk memberikan ASI pada anak kami kelak tanpa susu formula. Tentu dengan alasan bahwa ASI adalah makanan terbaik yang Allah berikan secara gratis kepada sang Ibu untuk diberikan kepada anaknya, dan tentunya dengan ASI, anak akan menjadi anak yang sehat dan berkualitas. Karena kandungan ASI yang tiada duanya di dunia ini :) *sedikit lebayyy, eh tapi bener lhooo :p.

Enam bulan perjalanan saya sebagai ibu dan juga working mom, mengharuskan saya untuk terus memerah ASI di kantor demi menjaga kuantitas ASI dan juga supplay ASI untuk anak saya ketika saya bekerja. Banyak suka duka yang saya alami, tapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kesehatan anak saya yang luar biasa dan juga kuat. Dalam jangka enam bulan, ia hanya sakit sekali yaitu batpil, itu pun karena tertular oleh saya. hikssss. Jadi Alhamdulillah terbukti banget kalau anak ASI itu tidak gampang sakit dan tentunya saya jadi hemat pengeluaran untuk sufor. :D Banyak banget keuntungan memberikan ASI pada anak, membuat saya semakin gigih untuk memerah dimanapun dalam keadaan apapun, baik itu ketika seret ataupun deras. Hingga saya mampu menyimpan ASIP satu frezzer penuh yang isinya sekitar 120 botol/plastik, @100ml. Stok ASIP yang berlimpah ini membuat saya cukup bahagia dan tidak merasa terbebani apabila saya harus pulang telat dari kantor dan ada keperluan on the weekend. :)


Hingga pada suatu ketika, saya harus dihadapkan oleh kenyataan bahwa ASIP sefrezzer itu mencair semua karena setruman listrik kulkas dimatikan dengan tidak sengaja oleh adik ipar saya ketika saya pergi menginap di rumah mama & bapak saya. Saat itu adalah dua hari setelah lebaran. Waktu saya dan keluarga untuk bergembira, bersilaturahmi, dan berlibur. Namun, sepulang dari itu saya harus menerima kenyataan pahit ini. Apa yang saya rasakan saat itu? Right! Kesal se kesal-kesalnya. Ingin marah (tapi tidak tampakkan), kesal, dongkol, sedih (karena besok saya sudah mulai kerja..hiksss), hancur, merasa gagal, dst. Malam sebelum saya harus masuk kerja lagi, saya menangis. Air mata selalu menetes, rasa menyesal yang dalam, sempat merasa apakah ini momentnya saya akan gagal memberikan ASI untuk anak saya selama 2 tahun? Bagaimana Razka minum selama saya tinggal kerja nanti?

Inilah ASIP-ASIP yang saya harus ikhlaskan untuk dibuang, setelah BC, sebar luaskan ke teman2, twitter yang mau donor ASIP Razka ini, ditunggu hingga 24 jam (batas waktu ASIP beku) tidak ada yang membutuhkan akhirnya suami membuangnya (saya gak tega) *nangisss kejerrr


Benar-benar kala itu membuat saya jatuh dan merasa gagal menjadi ibu dalam hal memberikan makanan terbaik. Namun, dukungan suami. Hanya dukungan suami yang mampu membangkitkan saya saat itu. Walapun jujur saya masih sedikit kesal atas sikapnya yang menurut saya biasa saja terhadap adiknya (maunya gw tuh, dia minta maaf gituhh. Dikira merah gak menghabiskan waktu dan pikiran. hehehehee.. ya walaupun selang beberapa hari dia minta maaf sih..phuuuuufff).

Tengah malam itu juga, saya bangkit dari kesedihan dan bangun dari kengantukan (bahasa apa ini? :d) untuk memerah buat minum Razka besok. Dalam kondisi sedih dan kesal seperti itu, u know lah betapa seretnya ASI yang keluar, tapi saya tetap bertahan hingga akhirnya menghibur diri sendiri supaya ASI gak seret.
Berkat kegigihan saya mampu menyetok ASIP untuk 2 hari kerja, istilah kerjar setoran akhirnya saya alamin. huhuhhhuuuhuuuu. Di kantor segigihnya saya memerah, alhamdulillah 6-7 botol saya bisa bawa pulang untuk mimik Razka esok harinya. Begitu seterusnya. Hingga weekend tiba saya pun tetap memerah demi stok ASIP Razka, dimana biasanya setiap weekend saya tidak pernah memerah :D. Syukur alhamdulillah saya bangkit dari kepurukan ini dan sekarang stok ASIP Razka sudah terkumpul 20 botol dalam waktu 2 minggu. Kini saya makin percaya tidak ada istilah ASI kering, ASI berwarna hijau, dst. Yang saya percaya adalah semakin sering ASI dikeluarkan, maka ASI pun semakin banyak. :) Terbukti usia Razka yang mau menginjak 8 bulan, alhamdulillah ASI saya semakin banyak tanpa booster apapun selain makan yang banyak dan happy. hehehehee. So, para Ibu-ibu tunaikanlah yang sudah menjadi HAK anak anda dengan memberikan makanan terbaik yaitu ASI. Terbukti ASI is THE BEST..*macam kampanye saya...hehehe.

Suka duka memerah ASI untuk buah hati adalah pengalaman yang tak ternilai dibandingkan apapun. Inilah Catatan Hati Seorang "Pemerah".