Alhamdulillah bisa mampir lagi disini, kangen banget rasanya nge-blog. Dulu selalu punya niat mau cerita proses kehamilan anak kedua hingga tuntas seperti kehamilan Razka dahulu tapi ternyata terhenti cukup lama. ^_^. Oke, bismillah saya mau berbagi pengalaman proses melahirkan anak kedua, yang menurut saya sangat jauh berbeda dengan proses melahirkan Razka. Berawal dari proses kehamilan yang benar-benar menjaga asupan makanan supaya si baby tidak gendut di dalam hingga usaha memberdayakan diri (salah satunya prenatal yoga) supaya hasil akhirnya nanti bisa melahirkan dengan alami/normal. Tapi ternyata Allah berkehendak berbeda, anak kedua pun lahir dengan proses Sectio Ceasarae. Padahal jarak umur dari anak pertama, mata, dan segala sesuatunya sudah menunjang untuk melahirkan dengan normal. Tetapi apapun prosesnya saya sangat bersyukur atas kelahiran putri kedua saya yang sehat, cantik nan solehah. Aamiin Ya Allah.
Tanggal 20 Juni 2014 saya mengalami flek, yang katanya itu salah satu tanda kelahiran akan dekat, kemudian saya menghubungi obgyn dan diminta untuk segera ke RS untuk dilakukan check up. Tiga hari 2 malam saya rawat inap di salah satu RS swasta di daerah Pamulang, Tangerang Selatan, disana saya diobservasi apakah tanda kelahiran akan lebih dekat dan ternyata tidak! Selama dalam waktu 3 hari pembukaan persalinan stuck diangka 2 (dua), kontraksi pun datang belum teratur dan belum terlalu kuat hingga akhirnya tanggal 22 malam saya diijinkan untuk pulang.
Tanggal 1 Juli 2013 jam 19.00 malam saya mengalami kontraksi yang mulai teratur dan kuat selama 5 menit sekali. Ingat betul malam itu suami sedang sholat Tarawih dengan Razka, anak pertama saya. Saya masih bisa memberdayakan diri atas kontraksi itu sampai menunggu suami pulang Tarawih. Sepulangnya ia dari masjid jam 21.00, saya pun menceritakan kondisi kontraksi yang semakin kuat. Suami pun menawarkan untuk segera ke RS, tetapi saya terus menunda entah kenapa feeling untuk ke RS belum terlalu kuat. hehehe... Hingga akhirnya pukul 00.00 menjelang tanggal 2 Juli 2014 kami memutuskan untuk ke RS. Dengan meninggalkan Razka yang sedang tidur pulas pada eyangnya. Setelah pamitan dan mohon doa pada ibu mertua, saya dan suami pun meluncur berdua ke RS tengah malam, tentu jalanan sepi dan sangat lancar, dari rumah kami di daerah Cipayung Jakarta Timur hingga Pamulang, Tangerang Selatan hanya ditempuh dengan waktu kurang dari 30 menit. Pada masanya kontraksi datang pada saat perjalanan menuju RS, saya berusaha untuk kalem dan tetep berdoa dimudahkan persalinan.
Sesampainya di RS, saya segera diobservasi dengan CTG dan dilakukan VT (cek pembukaan) dan ternyata jarak waktu seminggu sejak flek rawat inap lalu hanya meningkat 1 angkat. OOhh..ya Allah. Lama banget rasanya meningkatnya pembukaan ini, padahal udah pelvic rocking tiada henti supaya tambah pembukaan. T_T. Sedih! Kemudian saya pun diminta untuk menempati ruang bersalin agar mudah diobservasi. Selama menunggu waktu agar persalinan semakin datang, saya tidak bisa tidur karena kontraksi semakin kuat, tak jarang selalu minta dipijat daerah pinggang pada suami kala kontraksi datang. Terlihat suami yang kelelahan menemani saya karena tidak ada yang menggantikan. Atas permintaan saya agar proses ini hanya saya dan suami yang lalui, biarkan orang tua mendoakan dan menunggu kabar saja di rumah. Menjelang jam setengah lima pagi saya pun di VT kembali dan pembukaan naik satu angka, 4. Oke! Kita tunggu lagi. Doa tak henti kepada Allah, terlebih ini adalah bulan Ramadhan, bulan penuh hikmah dan berkah.
Jam 10 pagi obgyn saya pun akhirnya datang, dia pun melakukan VT secara langsung dan (lagi) (lagi) pembukaan masih sama diangka 4, kontraksi pun masih sama 5-3 menit sekali. (lagi) (lagi) oke kita tunggu. Saya pun masih enjoy menikmati kontraksi itu dan suami pun masih sabar menemani saya walapun sering dijutekin, diremes tangannya dikala kontaksi datang. Terima kasih ya Allah akhirnya saya merasakan kontraksi proses persalinan, mengingat dahulu ketika Razka kelahirannya dilakukan sebelum tanda-tanda persalinan alami datang. Bersyukur dan sedih teringat perjuangan mama melahirkan saya dulu, mengingat perjuangan ibu melahirkan suami saya, mengingat perjuangan kakak-kakak saya melahirkan ponakan-ponakan saya dengan proses normal, mengingat ibu-ibu di luar sana yang berjuangan melahirkan dengan normal. Nikmat rasa sakitnya tiada dua, daerah pinggang ke bawah rasanya seperti ingin lepas dari tubuh. hahahhaha...#lebay ya tapi ini fakta lho. hehehe...
Jam 4 sore pun diobservasi kembali, ternyata pembukaan naik diangka 5-6. Kemudian saya diprisma (pup dikeluarkan semua/anus dikosongkan) agar kepala bayi semakin mudah turun ke jalan lahir. Jadi perkiraan dokter pembukaan 6 ke 10 akan cepat, diperkirakan 4 jam kedepan akan lahir. Setelah diprisma dan saya pun minta ganti baju yang baru. Sejam setelah diprisma saya merasa aneh karena kontraksi semakin mundur, semakin 10-15 menit sekali, bertambah jam setengah jam sekali, menjadi sejam sekali, di VT pun pembukaan stuck diangka itu. Dokter saja bingung apalagi saya. ;( Menurutny setelah diprisma pembukaan semakin banyak dan kelahiran semakin dekat. Hingga pukul 12 malam menjelang tanggal 3 Juli 2014 dokter pun menelepon saya, dia menjelaskan kepada saya, saya pun berargumen padanya ketika opsi ceasar keluar dari ucapannya, ahhh...rasanya bagai tersambar petir. Seketika suara menjadi terbata-bata dan air mata menetes. Sc lagi? operasi lagi? mau normal, gimana ini? pindah RS? pindah dokter? klo ada apa2 gimana? terutama klo bayi aku kenapa2 gimana? pihak RS tentu menyerakan sepenuhnya pada saya dan suami, dokterpun minta saya buat pernyataan jika saya maksa pulang. Jam 01.00 malam, saya pun berniat mau menghubungi guru prenatal yoga saya untuk konsultasi kondisi saya tapi saya sadar bahwa ini sudah tengah malam, pastilah beliau sudah tidur, karena saya coba whatssapp saat itu juga belum direspon. Wanna say...mba Diana terima kasih ya atas segala sharing ilmu dll. Malam itu mungkin Allah berkehendak lain.
Negosiasi untuk menunggu jam 12 siang tanggal 3 Juli 2014 pun gagal, obgyn saya memberi waktu hingga jam 5 pagi untuk bayi segera dilahirkan. Bersyukur memiliki suami yang luar biasa bijaksana dan hebat menjadi penenang dan pereda isak tangis saya ditengah malam, menerima kenyataan bahwa saya akan dioperasi (again). Terima kasih Ayah, semoga Allah selalu menjadikanmu suami yang soleh, dihatimu selalu dipenuhi iman dan Islam, pembimbing kami (istri dan anak-anakmu) dunia dan akhirat, sehat jasmani rohani untuk kamu sayang. Malam itu pun saya berusaha tenang dan kalem ditengah-tengah rasa kontraksi yang masih datang 30 menit-1 jam sekali dengan kondisi emosional yang tidak stabil. Ya Allah kini doaku pun berubah pada Mu, semoga ini adalah rencana Mu, skenario terbaik dari Mu, takdir terindah untukku. Aku tahu rencana Mu lebih indah daripada rencana aku. Maka aku pasrahkan semuanya pada Mu.
Jam 5 pagi perawat dan bidan pun datang untuk menjemput saya menuju ruang operasi. Terlihat di depan ruang operasi sudah ada mama tercinta, air mata pun mengalir dan langsung memeluk mama ku tersayang. Beliau begitu semangat dan memberikan ku support. Ya Allah jaga selalu mama dan bapak ku, maafkan aku harus jauh darimu, dahulu kecil tak pernah terbayang akan pisah rumah seperti ini, tapi kenyataannya saya sudah berada di fase nikah dan berumah tangga bahkan sudah mau memiliki 2 orang anak. I Love you so much mama, bapak. Sehat selalu untuk kalian. Rasanya apapun tak ada balasannya untuk kalian hingga mau melahirkan pun saya masih merepotkanmu untuk datang pagi2 agar menemani ku dalam proses operasi SC. Keinginan melahirkan normal pun kandas, maka keinginan untuk melahirkan ditemani suami dan mama pun tak boleh kandas. hehehe....Love you Ayah, Mama. #mbrebesmili
Di ruang transit sebelum memasuki ruang operasi pun saya masih sesenggukan menangis. Tangis layaknya anak kecil yang diomelin habis-habisan, tak ada rasa malu, yang penting emosi saya lega dengan menangis. Perawat dan bidan pun berusaha menenangkan saya. Ini kondisi yang sangat berbeda, jauh berbeda ketika akan melahirkan Razka, dahulu ketika melahirkan Razka di ruang transit saya begitu tenang, enjoy, rilex dan tak sabar ketemu Razka kecil. hehehe.
Lagi-lagi pikiran macam-macam membayangi saya mulai dari suntik tes alergi yang sakitnya aduhai bersamaan datangnya kontraksi, suntik anestesi di tulang sumsum, telanjang di hadapan pada medis, jika operasinya ini itu, ahhhh Ya Allah ampuni aku. T_T. Isak tangispun terhenti ketika akan memasuki ruang operasi, agak lega ketika suami masih bisa melihat proses persalinan dari kaca besar, ia pun memakai baju steril dan berdiri dibalik kaca yang besar. Tak jarang selalu melihatnya selama proses berlangsung itu sudah membuatku lega. Lagi lagi mengulang proses operasi, suasana operasi, nafas yang berat, rasa kantuk dan lemes.
Alhamdulillah jam 05.38 tanggal 3 Juli 2014, Salsabiluna Aisha Quinnytri lahir dengan selamat dan sehat, dengan berat badan 3,6 kg, tinggi 51 cm. Persis banget jam kelahirannya kayak kakaknya, Razka. Apapun prosesnya nak, bunda senang dan bersyukur Luna lahir dengan selamat dan sehat, putri ayah bunda yang cantik nan solehah semoga Luna menjadi kebanggaan kami dan agama tentunya. I love you Luna sayang. Tumbuh sehat ya nak, semoga bunda bisa menjadi ibu yang terbaik untuk kalian, Razka dan Luna.
Foto ketika mau CTG baby Luna cantik yang masih ada di dalam perut bunda ^_^ |
Suami tercinta yang selalu setia dan sabar menemani perjalanan hidup saya. love you ayah :* sehat selalu untuk kamu. |
Di ruang bersalin selama proses panjang menanti kehadiran mu sayang, Luna anak Solehah |
Salsabiluna Aisha Quinnytri = Quin (Queen) nya Tejo dan Rina kehadirannya bagai mata air di surga yang mempunyai sifat-sifat baik seperti Istri Baginda Rasulullah SAW, Aisyah. Aamiin. |
Hari pertama Luna lahir sudah mandi dan cantik ^_^ |
Kalian adalah Anugerah Terindah dalam hidup saya. Love you |
Waalaikumsalam, Wr. Wb.
Rina Alkiano
Mbaaa.. boleh minta reviewnya melahirkan di rs permata sarana gimana? dokternya siapa ya mba? terus perkiraan biaya sc brp? makasih sblmnya.. :)
BalasHapusHai Mba Rieke, mohon maaf baru buka blog. aku dengan dr. novi graci, istrinya dr. reza kamal. aku pake bpjs habis 6 juta mba, klo ga pake bpjs klo ga salah di atas 15jtan deh, tergantung kelas kamar. :)
BalasHapuswah seneng ya anaknya sehat cakep lucu gemesin hehehe :D
BalasHapushttp://www.newbabyclothes.ga/2015/04/the-appropriate-baby-showers-gifts.html