Usia kehamilan saya sudah memasuki 38 weeks, diusia ini saya sudah mulai merasakan braxton hicks atau kontraksi palsu yang ditandai perut sering kencang/kram. Sabtu pagi ini pun memang jadwal kontrol ke dr. S, ketika dicek oleh beliau sudah ada pembukaan 1, kepala bayi sudah turun ke panggul, ketebalan rahim 6 mm (normal) dan berat badan bayi 2800 gram. Alhamdulillah beliau masih acc untuk persalinan normal. Diperkirakan 3 hari paling cepat atau 7 hari paling lambat sudah ada tanda2 lahir yang signifikan. Beliau menyarankan untuk "berhubungan" agar mempercepat pembukaan serviks, itu tips yang paling direkomendasikan selain jalan kaki, naik turun tangga, ngepel jongkok. Kalau makan nanas gimana dok? Mitos bu, yang ada nanti bayinya besar karena manis dari nanas madu pula
Flasback
Ini kehamilan ketiga saya dimana kehamilan pertama dan kedua proses persalinannya SC. Anak pertama karena sungsang dengan BB 3,5kg dan anak kedua gagal vbac sampai pembukaan 4 mandek, kepala bayi gak turun panggul dengan BB 3,6kg. Gede2 ya BB nya π€¦πΌ♀️.
Belajar dari kegagalan vbac anak kedua jadi ketika menjalani kehamilan anak ketiga ini lebih santai dan let it flow tapi tetap cari provider nakes yang support vbac. Alhamdulillah hanya ganti 1 obgyn, setelah tanya ke teman2 obgyn yang kiranya support vb2ac. Berjodohlah dengan dr. S. Beliau kasih kriteria jika ingin vbac, antara lain:
1. BB dibawah 3kg hingga akhir minggu kehamilan (syarat mutlak);
2. Ketebalan rahim mencukupi (dipemeriksaan akhir minggu kehamilan);
3. Kepala bayi masuk panggul.
Tiga poin itu yang lebih ditekankan, enaknya dengan beliau pun gak di PHP-in, pokoknya lihat minggu2 akhir kehamilan. Jadi saya pun gak berharap besar banget. Uniknya kontrol dengan beliau pun selama 9 bulan saya tidak menyinggung persoalan ruptur rahim atau resiko2 terburuk vb2ac. Mungkin karena pasien gagal vbac yang dahulu, jadi saya sudah agak jenuh jika bahas itu maka saya pun gak tanya2 tentang resiko itu
Untuk mencapai kriteria tersebut, saya melakukan beberapa hal seperti:
1. Mengurangi karbohidrat dan gula. Makan nasi sedikit dan lebih banyak makan lauk pauk nya, begitu terus makan pagi s.d malam. Bahkan malam tanpa karbo. Selama hamil ngiler minum dan makanan yang manis2 tapi ditahan2 mak . Alhamdulillah dapat berpuasa di bulan Ramadhan 24 hari, sisanya 5 hari karena menjelang persalinan. Saya butuh tenaga ekstra untuk jalan kaki dan naik turun tangga jadi putuskan untuk tidak berpuasa.
2. Rutin tiap hari minum minyak zaitun, madu, kurma.
3. Ketika usia 37-38 minggu kepala bayi sudah masuk panggul, rajin pelvic rocking atau duduk mantul2 di atas gymball/birthingball. Kapan pun lah, duduknya di atas bola sambil baca, makan, nonton, jagain anak2.
4. Tidak ikut senam hamil atau prenatal yoga dimana pun. Tapi buka youtube dan searching nya dance despacito ala anak2π€¦πΌ♀️hihi
5. Awal hamil s.d minggu 37 kehamilan masih sering bawa motor antar jemput anak2, ke swalayan/pasar, ke tempat tahsin, dll. Berhenti bawa motor pas tgl 2 Juni 2018 ini(tau ini ada pengaruhnya gak ya, sugesti aja banyak aktifitas biar lancar lahirannya hehe)
6. Ketika sudah ada pembukaan 1, mulai naik turun tangga, jalan kaki bolak balik aja di rumah, sikat kamar mandi dengan jongkok, mandi sambil jongkok, duduknya ala2 yoga yang dibuka paha dan tempelkan kedua telapak kaki untuk membuka panggul.
Senin, 4 Juni 2018
Senin pagi jam 8 keluar lendir bening cukup banyak dengan sedikit darah. Alhamdulillah tanda2 persalinan muncul satu per satu. Tanda ini masih aman untuk stay di rumah. Biasa disebut mucus plug, lendir penyumbat di dasar panggul.
Sabtu, 9 Juni 2018
Seminggu kemudian waktunya kontrol kembali karena belum lahir. Pada hari ini saya sungguh deg2an karena kuatir dokter akan menyarankan SC karena belum lahir juga, BB bayi udah lewat 3kg. Siapkan diri untuk pasrah apa kata dokter tapi saya pun siapkan argumen kali aja bisa menunggu 1 minggu lagi.
Dokter S pun menanyakan perkembangan kontraksi dan seminggu itu dia menunggu2 saya rupanya . Setelah di usg alhamdulillah BB si dd 2878 gram, ketuban bagus, kepala bayi sudah tetap di panggul. Dr. S pun menyarankan untuk menunggu lagi. Berhubung HPL tanggal 17 Juni 2018 bertepatan dengan lebaran Idul Fitri maka beliau menjadwalkan kembali kontrol jika belum lahir juga tanggal 19 Juni 2018. Alhamdulillah, ya Allah senang banget rasanya ketika beliau berkata itu. #berbunga-bunga
Minggu, 10 Juni 2018
Belum ada kontraksi yang rutin, jedanya masih jauh2 dan belum kuat. Dibawa deh jalan2 ke mall biar happy penambah oksitosin.
Senin, 11 Juni 2018
Senin sore, setiap saya duduk dan berdiri ada rembesan air dan sedikit darah. Dipantau setengah jam, masih begitu juga. Kuatir rembesan air ketuban, akhirnya diputuskan untuk whatsapp dr. S dan diminta ke RS untuk di cek. Sekitar jam 21.00 baru ke RS setelah antar kk L ke rumah eyangnya. Ketika di cek dan CTG alhamdulillah bukan ketuban, detak jantung masih bagus, dan sudah pembukaan 2. Diminta untuk pulang dan menunggu di rumah saja, alhamdulillah. ️️️
Selasa, 12 Juni 2018
Usaha untuk menambah pembukaan serviks lebih giat lagi mulai jalan2 bolak balik di rumah, naik turun tangga, "berhubungan" dan stimulus puting di malam hari mengingat bulan ramadhan jadi agak terbatas (saya akui memang paling optimal stimulus kontraksi adalah kedua itu, rahasia sukses penambah pembukaan atau kontraksi. Hahaha). Lagi2 agenda jalan di mall pun dilakukan . ( kayaknya itu hal yang wajib buat bumil yaπ€£)
Rabu, 13 Juni 2018
Kakak RL sudah dititip di rumah eyangnya dari hari Minggu, di rumah hanya ada saya dan suami. Seperti biasa sehabis subuh ikhtiar dan doa makin dikencengin . Jam 9 pagi kedatangan teman, ummi D dan ngobrol asik ketawa/i bahas biar cepet lahiran. Kebetulan ia adalah teman SMA dr. S dan yang merekomendasikan kontrol ke beliau. Setiap ada teman yang bertanya saya selalu jawab mudah2 malam lahiran ya, mohon doanya.
Jam 13.00
Setelah shalat dzuhur berniat untuk tidur siang katena merasa lelah dan simpan tenaga siapa tahu malamnya lahiran. Tidak lama tiduran, berasa ada cairan yang keluar dari vagina begitu aja. Saya berdiri dan air pun mengalir, feeling ini air ketuban karena gak bisa ditahan. Coba kalem sampai tunggu suami pulang dari musholah bayar zakat.
Sebelum ke RS mandi dulu biar segar. Alhamdulillah suami udah libur lebaran dan jalanan pun lancar menuju RS. Begitu sampai di RS prosedur bumil langsung ke ruang bersalin bukan IGD. Disana disambut bidan/perawat dan saya pun segera ditangani. Beberapa menit kemudian terdengar suara dr. S dari ruang VK. Bidan pun memanggil dr. S "dok, ada pasien dokter nih yang 2xbsc, mau vbac". Saya memang gak whatsapp beliau ketika mau RS️, mikirnya langsung saja deh hihi. Dokter S melakukan VT atau cek dalam hasilnya pembukaan 3 tipis dan benar air ketuban sudah rembes/pecah. Dikasih waktu 24 jam dari jam 13.00 siang tadi bayi harus sudah lahir. Air ketuban salah satu induksi alami jadi kalau tidak "macet" harusnya pembukaan bertambah dan kepala bayi makin turun untuk lahir. Karena ketuban sudah rembes saran beliau tiduran miring kiri aja supaya gak mengalir terus. Salah satu cara menambah pembukaan serviks juga.
Untuk pengganti air ketuban disarankan minum air putih yang banyak dan dipasang infus air gula untuk penambah tenaga juga. Sudah bayangi akan ribet ketika lahiran ada jarum infus di tangan. Tapi harus dipasang dengan alasan tersebut. Oke baiklah, insyaAllah yang terbaik. Selama proses ini itu, saya diwawancarai oleh bidan untuk administrasi sedangkan suami urus ini itu di lantai bawah. Para bidan yang support membuat saya nyaman. Ada satu nasihat bidan disana yang membuat saya terngiang2 ketika klimaks sakit memuncak nanti (opsss... ceritanya belum sampai sini hihi). Jika sudah niat vbac, jangan minta SC ditengah jalan ya bu, semangat dan nikmati saja. Saat itu saya pun menjawab tanpa ragu, insyaAllah siap bu. tanpa bayangkan rasa sakitnya kayak apa hahaha, karena memang gak punya pengalaman. Enam jam kemudian akan dilakukan VT kembali yaitu sekitar jam 21.00 jika tidak ada kemajuan akan diobservasi lagi oleh dr. S.
Baju pun sudah berganti, kontraksi makin sering dan masih bisa ditahan sambil doa dan dzikir terus. Seraya berkata dalam hati, hayoook kontraksi datang semakin hebat donk, ayook dek desak terus serviks bunda, bunda mau segera ketemu dd. Di ruang VK saya hanya ditemani oleh suami. Keluarga pun belum ada yang dihubungi bahwa saya sudah masuk ruang bersalin, ini atas permintaan saya karena kebayang kalau ada ortu kuatir mereka gak tega lihat saya kesakitan.
Jam 21.00
Bidan pun melakukan VT dan hasilnya pembukaan 4 tipis. Kabar baik! Katanya jika cepat jam 12 malam pun pembukaan lengkap. Semangat ya bu! Kata2 itu selalu diucapkan oleh para bidan dan perawat yang cek saya.
Semakin malam kontraksi semakin kuat dan saya merasa jika tidur miring kiri rasa sakitnya semakin kuat. Akhirnya saya pun duduk dan seolah2 pelvic rocking, sayang banget gak ada fasilitas gymball di sana. Boleh bawa, tapi saya pun tidak bawa hahhaa. Gymball ini memang ampuh banget pereda sakit kontraksi yang datang.
Kamis, 14 Juni 2018
Jarum jam dinding rasanya jalan begitu lambat. Sekitar jam 00.00 dini hari kontraksi semakin hebat dan saya mulai gak nyaman di atas kasur bersalin yang keras. Saya merasa bebas bergerak ketika kontraksi datang dengan duduk di bawah lantai sambil pegangan tangan suami/ meluk. Sesekali menendang benda2 sekitar. Dan rasanya kok semakin sakit semakin sakit. Mulai gak terkontrol dengan gelesoran di lantai ruang VK, gak mikir lagi tentang kebersihannya, yang penting saya nyaman ketika kontraksi hebat datang. Subhanallah dan benar nikmat sakit banget sampai mikir ya Allah apa dosa saya banyak banget hingga Engkau berikan rasa sakit yang luar biasa ini.
Jam 02.00
Rasa sakit semakin hebat, ini rasa sakit yang belum pernah ada sebelumnya. Sakit sangat sakit. Ada kata2 lebih dari sangat gak? Klo ada pakai kata itu. Saking sakitnya hingga akhirnya minta bidan untuk cek VT lagi. Dan ternyata benar sudah pembukaan 7-8. Allahu Akbar sakit banget pantesan, di fase ini saya sudah hampir kehilangan kendali menahan sakit dan sempat terpikir untuk menyerah SC saja tapi inget nasihat bidan di awal tadi. Jangan minta SC tengah jalan ya bu. Hikssshikss. Lagi pula sudah pembukaan 7-8, jadi semangati diri sendiri, jadi ingat katanya minta mana lagi kontraksinya dek, ini udah datang hebat kok mau nyerah. Hikss .
Entah sudah jam berapa. Saya sudah gak lihat jam dinding lagi, fokus kesakitan dan selalu berharap ya Allah jeda istirahat kontraksinya lamaain donk. Sampai mikir begitu saking sakitnya, tapi malah semakin dekat semakin dekat jedanya. Selama kontraksi datang saya harus pegang tangan suami, dia gak boleh kemana2 bahkan ia mau pipis pun saya tidak ijinkan. Maaf ya ayah. Tapi memang saya menjadi lebih nyaman ketika memegangnya, walaupun pegangan erat seerat2nya sampai ia pun merasa sakit sepertinya.
Mungkin sekitar jam 03.00 lebih
Para bidan terlihat wira wiri sibuk menyiapkan alat2 persalinan dan posisi saya yang tadinya glesoran di bawah diminta untuk naik ke atas kasur untuk cek pembukaan. Alhamdulillah sudah pembukaan 9 dan kontraksinya semakin hebat serta ada sensasi mau ngeden. "Ibu, sebentar lagi ya pembukaan lengkap dan kalau mau ngeden ditahan dulu ya, tarik nafas....tiup" bidan said. Berulang kali para bidan berkata seperti itu tapi sensasi ngeden itu gak bisa saya kendalikan. Pada fase ini, saya sering berteriak memanggil bidan dan bilang mau ngeden, gak tahan. Sungguh ini hal yang sangat tidak enak, ketika ingin ngeden tapi diminta untuk menahannya. Pada fase ini pun, saya sudah menarik2 baju suami gak karuan, entah menendang apa yang ada di daerah kaki, merasa kehausan karena seringnya merintih sehingga suami siap air putih. Di awal2 kontraksi pembukaan 1 s.d. 7 saya sebisa mungkin tidak teriak2 untuk menyimpan tenaga tapi di fase ini sulit kendalikan suaraπ€¦πΌ♀️π€¦πΌ♀️π€¦πΌ♀️.
Riwayat persalinan SC 2x sebelumnya sehingga proses vb2ac ini dilakukan beberapa tindakan preventifnya walaupun kontraksi datang, seperti:
- para bidan selalu cek apakah bekas SC saya sakit?
- cek jahitan bekas SC dengan mengeluarkan air pipis pakai alat sambil ditekan2 jahitan bekas SC
- prepare cek darah dan injeksi pendarahan sewaktu2 harus tindakan
Entah mungkin sekitar jam 04.00 pagi
Terdengar dr. S dan 4 bidan sudah siap dengan apron, sarung tangan dan sepatu boothnya mengambil posisi masing-masing. Dua bidan masing2 di kaki kiri dan kanan memberitahu saya cara pegang kaki. Pada fase terakhir ini saya merasa sudah kelelahan dan entah mengapa kontraksi hebat yang ingin ngeden itu berangsur hilang. Sehingga dokter pun meminta bidan untuk stimulus puting, ketika mulas datang diminta untuk tarik nafas panjang-ngeden tanpa suara-pandangan fokus ke perut. Jujur bagi saya ini rangkaian tersulit proses melahirkan karena saya sudah gak fokus. Berkali2 dokter, bidan, bahkan suami minta saya untuk ngeden. Bahkan suami suapin kurma saja saya buang. Terasa dr. S menggunting sesuatu di bawah dan saya diminta ngeden lagi. Alhamdulillah jam 04.15 baby K lahir. Saya merasa pada fase ngeden ini mendapat pertolongan/kemudahan dari Allah SWT karena di fase ini tenaga saya habis dan tidak bisa ngeden maksimal . Entah beberapa kali ngeden hingga baby K terlahir, entah bagaimana usaha extra dokter, para bidan membantu persalinan saya ini, entah berapa banyak support suami kala itu.
Ya Allah, apalah saya tanpa-Mu pada proses persalinan ini.
Ya Allah, apalah saya tanpa mereka (dokter & bidan) yang membantu proses persalinan ini.
Ya Allah, apalah saya tanpa suami yang selalu support pada proses persalinan ini.
Ya Allah, apalah saya tanpa doa2 keluarga, kerabat, teman di luar sana.
Rasa syukur, lega bisa melewati proses ini seolah-olah obat bius buat saya karena saya lemah tak berdaya, tubuh seperti tak bertulang, mata aduhai ngantuknya. Sisa-sisa persalinan penarikan tali pusat, proses keluari plasenta yang dirasakan begitu saja. Sampai baby K taruh di atas dada, saya pun masih diem tak berdaya. Hingga bidan berkata " bu, anaknya sudah lahir, hayoo dipeluk" seraya mengambil tangan saya agar memegang baby K dan suami pun terdengar mengadzankan baby K. Setelah itu saya pun sudah tak tahu kemana perginya suami, sepertinya ia menunaikan sahur seadanya di kamar bersalin. Semoga Allah merahmati mu ya ayah. Aamiin.
Rasa sakit belum berakhir, dr. S pun melakukan jahitan robekan di bagian bawah. Jahitan yang banyak sehingga saya harus menahan rasa sakit/nyeri lagi. Kalau kata dr. S ini robekan standar anak 1. iya, anak ketiga rasa anak pertama . Setelah proses jahit robekan selesai terasa sensasi cairan dingin disiram ke bagian bawah. Baby K pun diambil oleh bidan, kemudian tubuh saya dibersihkan dan digantikan baju. Saya pun diminta istirahat walaupun tubuh terasa pegal semua dan nafas berat. Alhamdulillah semua proses selesai ya Allah. Alhamdulillah, LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang dzolim).
Subhanallah setelah merasakan perjuangan melahirkan normal, saya begitu salut dengan ibu-ibu hebat yang melahirkan anak2nya dengan persalinan normal. Proses persalinan normal saya yang begitu panjang dari pembukaan 1 hingga melahirkan sekitar 2 minggu, dari pembukaan 3 hingga melahirkan sekitar 15 jam, klimaks kontraksi sekitar 4 jam. Subhanallah luar biasa sakitnya, pantas saja ada yang bilang sakitnya 50-100x lipat kontraksi pembukaan awal. Karena memang luar biasa hingga ada pikiran ya Allah begini kah sakitnya dicabut nyawa .
Awal kehamilan ketiga ini saya tidak begitu ngoyo untuk vb2ac namun saya tetap ikhtiar mencari dokter yang pro. Belajar dari kegagalan anak kedua, sehingga bisa dibilang kesiapan saya terhadap vb2ac kurang. Saya tidak muluk2 membayangkan sakitnya kontraksi melahirkan sehingga ketika merasakan sendiri seperti tersambar petir.... jeggggggggerrrrr sakitnya hingga hampir menyerah. Ilmu2 mengurangi rasa sakit, mengendalikan emosi, cara mengeden, cara ambil nafas dsb pun dirasa sangat minim karena hanya sisa2 belajar di kehamilan kedua dahulu. Buku yang saya baca di kehamilan ketiga ini hanya buku "persalinan maryam". Persalinan maryam lah yang saya coba ingat2 ketika kontraksi hebat terjadi, beliau wanita pilihan Allah yang melahirkan sendirian tanpa adanya seorang suami, bayangkan perjuangannya walaupun Allah dan malaikat Jibril bersamanya. Saya pun berusaha menyebut nama Allah ketika sakit datang untuk meminta pertolongan dan ampunan.
Vbac atau vb2ac adalah mungkin atas ijin Allah. Tanamkan di dalam diri:
- niat
- tekad bulat
- kesiapan fisik dan mental menghadapi rasa sakit yang dahulu belum pernah dirasakan pada kehamilan sebelumnya (poin penting bagi saya bahwa harus siap tahan sakit, jangan minta SC tengah jalan)
- support suami atau keluarga
- pemberdayaan diri dengan ikut prenatal yoga/senam/ pelatihan2 dll
- dalam masa menunggu datangnya tanda2 melahirkan tidak boleh stress, bawa santai dan rileks jika sudah waktunya akan datang semua itu
- bila perlu memakai doula/pendamping kelahiran selain suami.
Harapan saya semoga ibu2 hebat yang ingin vbac/vb2ac lebih diberikan kemudahan persalinan dari Allah dibandingkan proses saya yang bisa dibilang "itu malam terpanjang dalam hidup saya" hihi. Karena setiap tubuh di design berbeda2 oleh Allah. Mungkin cerita vbac/vb2ac saya dirasa sungguh dramatis, tapi mudah2an kalian yang mau vbac/vb2ac dilancarkan dan tidak sampai memakan waktu yang sangat lama. Percayalah bahwa Allah menitipkan janin di rahimmu dan Allah pula yang akan mengeluarkan pada waktunya. Hanya Allah yang tahu kapan ia dilahirkan.
Semoga kisah vb2ac saya bermanfaat buat ibu2 hebat yang berniat dan bersemangat lahiran normal setelah sebelumnya SC. Yakin pada Allah dan diri anda.
Salam hangat,
Ibu dari Khayyara Maryam Quinnytri (putrinya T&R yang berakhlak solehah, taat pada Allah seperti Maryam. Aamiin)
Lahir: Kamis, 14 Juni 2018 (h-1 lebaran)
Pukul : 04.15 wib
BB : 3460 gram
TB : 51 cm
Di RS
Beberapa menit setelah baby K lahir |
pasang infus |
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh |